TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Uni Eropa bidang ilmu pengetahuan Mauro Ferrari memutuskan mengundurkan diri setelah beberapa bulan memegang posisi itu. Ferrari berpandangan lembaganya dan kepemimpinan Uni Eropa gagal mengadopsi pendekatan ilmu pengetahuan yang kuat dalam menghadapi COVID-19 atau virus corona.
Dikutip dari rt.com, Ferrari menyerahkan surat pengunduran dirinya sebagai Kepala Dewan Peneliti Uni Eropa atau ERC ke Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen pada Selasa, 8 April 2020. Masa jabatannya seharusnya berakhir empat tahun ke depan. Ferrari menjabat sebagai Kepala Uni Eropa bidang ilmu pengetahuan per 1 Januari 2020.
Surat kabar Financial Times mewartakan Ferrari merasa sangat kecewa dengan Uni Eropa dalam menangani COVID-19.
“Saya fikir dalam kondisi seperti ini, ilmuwan terbaik dunia harus diberikan bahan dan kesempatan untuk memerangi pandemik ini dengan obat baru, vaksin baru, alat-alat diagosa baru, pendekatan yang dinamis berdasarkan ilmu pengetahuan, mengganti intuisi para pemimpin politik yang sedang berimprovisasi,” kata Ferrari.
ERC adalah sebuah lembaga riset Uni Eropa yang didirikan pada 2007 dengan anggaran multimiliar euro yang bertujuan mendukung penemuan baru di bidang ilmu pengetahuan. Pendekatan dasar ERC yang ingin menyerahkan hibah bertolak belakang dengan pandangan Ferrari yang maunya melakukan upaya skala besar dalam memerangi pandemik virus corona. Virus mematikan itu saat ini telah menjadi wabah yang menyebabkan krisis kesehatan di Eropa.
Proposal Ferrari itu ditolak oleh Dewan Ilmu Pengetahuan ERC. Ferrari mengatakan dia sudah mencoba melalui von der Leyen agar beberapa gagasannya diterapkan. Namun fakta dia bekerja secara langsung dengan von der Leyen telah menciptakan sebuah badai politik internal.
Seorang juru bicara Komisi Eropa menyayangkan keputusan mundur Ferrari di tahap awal kepemimpinannya. Sebab ada 50 projek ERC yang sedang berjalan atau yang sudah rampung dan telah berkontribusi pada penghentian penyebaran virus corona.